Saturday, March 17, 2012

Gereja Pentakostal

Bagaimanakah sejarah berdirinya gereja-gereja Pentakostal? 

Gerakan atau aliran Pentakostal adalah kelanjutan dari Gerakan Kesucian (Holiness Movement) yaitu gerakan yang menjauhkan diri dari keduniawian. Gerakan Kesucian ini muncul di berbagai gereja Amerika Serikat, terutama di kalangan gereja Methodis, sebagai gerakan kebangunan rohani. Gerakan Kesucian bertolak dari ajaran John Wesley, pelopor gereja Methodis yang berpendapat bahwa orang yang telah lahir kembali dengan pertolongan kasih karunia ALLAH dapat mengusahakan kesucian yang sempurna sebagai “berkat kedua” Roh Kudus ( berkat pertamanya: adalah pertobatan )

Awal kemunculan gereja-gereja Pentakostal:

Awal Kemunculan Versi Pertama:

Gerakan Pentakostal lahir pada tanggal 1 Januari 1901. Pada waktu itu terjadi suatu peristiwa luar biasa yang berlangsung di Topeka, negara bagian Arkansas, Amerika Serikat, yaitu seorang gadis yang bernama Agnes N. Osman berkata-kata dalam bahasa asing. Peristiwa ini diyakini sebagai pencurahan Roh Kudus atau Baptisan Roh. Peristiwa tersebut disebarluaskan oleh Charles Fox Parham, direktur sekolah Alkitab Bethel di Topeka. Sebelumnya Charles Fox adalah pendeta Episcopal Methodis Church.

Awal Kemunculan Versi Kedua:

“Peristiwa Pentakosta” berikutnya yang lebih menggemparkan dan lebih menentukan bagi perkembangan dan masa depan gerakan Pentakostal terjadi di Los Angeles, California, pada tgl 9 April 1906. Beberapa hari sebelumnya William J. Seymour berkotbah di sebuah jemaat kecil dari gereja Baptis. Setelah mendengar kotbahnya tentang Baptisan Roh, jemaat itu menolak mendengar kotbahnya lebih lanjut, akan tetapi beberapa warganya mengundangnya berkotbah di rumah mereka. Setelah berkotbah 3 hari berturut-turut, Roh Kudus turun dan terdengarlah bahasa lidah di kawasan pantai barat negeri itu. Peristiwa itu segera tersiar ke seluruh penjuru kota, bahkan ke seluruh negeri. Jumlah peserta perkumpulan ini semakin besar sehingga mereka menyewa sebuah gedung bekas gereja Methodis di Azusa Street. Selama bertahun-tahun hampir setiap hari di Azusa street diadakan kebaktian kebangunan rohani. Dengan berbagai cara mereka berteriak, menangis, menari, kesurupan dan sebagainya untuk membuktikan bahwa mereka telah menerima baptisan Roh dan karunia “berbahasa lidah”, di samping karunia-karunia lain ( seperti penyembuhan Ilahi ). Setelah yakin telah menerimanya mereka pulang dan menyebarkan berita itu. Dalam waktu singkat berdirilah sejumlah pusat Pentakostal di kota-kota besar AS maupun di berbagai negeri di dunia ini.

Bagaimanakah selanjutnya perkembangan gerakan Pentakostal?

Hingga tahun 1914 kaum Pentakostal pada umumnya masih berada di lingkungan gerakan kesucian. Sementara gerakan Pentakostal semakin meluas, semakin banyak pula dari antara “gereja-gereja kesucian“ itu yang ikut memahami baptisan Roh dan bahasa lidah sebagai pengalaman ketiga dan jaminan akhir dari kesucian yang lebih meyakinkan dari “ berkat kedua’. Dengan demikian bagi mereka ada tiga tahap atau jenis berkat: pembenaran, penyucian dan Baptisan Roh. Gereja-gereja yang menganut paham ini selanjutnya menjadi pusat penginjilan Pentakostal. Dalam perkembangan selanjutnya, terjadilah perbedaan paham tentang ajaran “ berkat kedua”. Hal ini diatasi dengan pertemuan raya tahun 1914 di Hots Spring, negara bagian Arkansas. Di sini pulalah lahir organisasi gereja Pentakostal yang pertama: The Assemblies of God. ( hasil penginjilan organisasi ini di Indonesia menggunakan nama Sidang Jemaat ALLAH ). The Assemblies of God kemudian mengklaim diri sebagai gereja Pentakostal terbesar di Amerika Serikat, menjadi salah satu dari gereja-gereja Pentakostal yang menempatkan diri di luar jalur Methodis.

Pada tahun 1914 juga terjadi pemisahan organisasi berdasarkan warna kulit. Kendati di lingkungan Pentakostal terdapat kepelbagaian ajaran bahkan pertikaian namn rumpun gereja ini berkembang dengan pesat ke seluruh dunia. Pertumbuhan pesat juga dipicu oleh pertikaian dan perpecahan yang memacu mereka berkompetisi menyebarluaskan apa yang mereka yakini. Perkembangan yang paling spektakuler terjadi di Afrika dan Amerika Latin ( terutama Brazil ) dan juga di beberapa negara di Asia ( terutama Korea dan Indonesia )

Bagaimanakah perkembangan gereja-gereja Pentakostal di Indonesia?

Gerakan Pentakostal masuk Indonesia dibawa oleh dua orang misionaris dari Amerika, Groesbeck dan Van Claveren. Mereka mendarat di Bali pada tahun 1921. Pada tahun 1922 mereka pindah ke Surabaya. Dari Surabaya ke Lawang lalu berkembang ke Cepu dan selanjutnya ke Bandung.

Kaum Pentakostal memiliki anggapan bahwa pada kekristenan tradisional yang sudah dianut oleh orang-orang Kristen perlu ditambahkan unsur baru. Oleh karena itu mereka juga memasuki wilayah yang sudah digarap oleh badan-badan penginjilan lain dan menjaring orang-orang yang sudah Kristen.

Sekarang ini di Indonesia terdapat beranekaragam gereja Pentakostal. Diantaranya menyebut diri Gereja Bethel Injil sepenuh, Gereja Bethel Indonesia, Gereja TUHAN di Indonesia. Gereja Pentakostal yang terbesar adalah Gereja Pantekosta di Indonesia ( GPdI ). Keanekaragaman bentuk gereja Pentakostal karena pembiakan atau perpecahan yang antara lain disebabkan perbedaan ajaran, kepemilikan harta benda, pro-kontra boleh tidaknya wanita menjadi pemimpin, martabat ( prestise) suku maupun perorangan, juga sponsor dari luar negeri.

Untuk mengatasi atau mengurangi kemajemukan dan perpecahan serta mengupayakan persatuan, sejak tahun 1970-an dibentuk wadah persatuan. Wadah persatuan yang penting antara lain adalah Dewan Pantekosta Indonesia ( DPI) yang diprakarsai oleh GpdI. Sejak dasawarsa 1950-an ada juga Gereja Pentakostal yang yang menjadi anggota DGI/PGI. Sebagian lain bergabung dalam Persekutuan Injili Indonesia ( PII) dan banyak pula yang tidak tergabung di mana pun.

Bagaimanakah isi ajaran gereja-gereja Pentakostal?

Beberapa pokok ajarannya adalah:

1. Alkitab

Alkitab dipahami sebagai Firman ALLAH yang diilhamkan dan dinyatakan ALLAH kepada manusia, untuk menjadi tata tertib bagi iman dan perilaku. Alkitab tidak mengandung kesalahan sebab diilhamkan langsung oleh ALLAH.

2. Hidup dalam Kesucian

Hidup suci sebagai karunia Roh Kudus harus selalu diusahakan. Orang Kristen dapat mencapai kesucian yang sempurna hanya kalau menyerahkan diri sepenuhnya kepada Roh Kudus dan mengijinkan Roh Kudus berdiam di dalam dirinya. 

3. Keselamatan dan Pembenaran

Keselamatan dan Pembenaran diperoleh hanya karena kasih karunia ALLAH dan iman kepada YESUS KRISTUS. Manusia diselamatkan melalui pemandian kelahiran-kembali dan pembaharuan oleh Roh Kudus.

4. Baptisan

Baptisan terdiri atas dua macam, yaitu:
Baptisan air: dilakukan dengan cara diselamkan ke dalam air sebagai lambang kematian dan penguburan manusia yang lama. Baptisan dilakukan terhadap orang yang sudah percaya sungguh-sungguh kepada YESUS KRISTUS. Baptisan air hanya diberikan kepada orang dewasa karena pertobatan dan pengakuan iman hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya untuk menerima anak-anak ke dalam persekutuan ditetapkanlah upacara penyerahan anak ( bukan baptisan anak ).
Baptisan Roh ( dan api)

Setiap orang percaya dilayakkan untuk – dan harus dengan sungguh-sungguh- mengharapkan dan memperoleh baptisan Roh (dan api) yang dijanjikan oleh BAPA sesuai dengan perintah TUHAN YESUS yang ditandai dengan bahasa lidah/bahasa Roh. Dengan baptisan ini orang yang menerimanya beroleh kuasa untuk hidup dan pelayanan. Pengalaman ajaib ini merupakan bentuk nyata dan kelanjutan dari pengalaman kelahiran baru.

5. Berbahasa lidah

Baptisan atas orang-orang percaya di dalam Roh Kudus diawali dan diikuti tanda lahiriah berupa berbicara dalam bahasa asing, yaitu bahasa lidah sebagaimana kemampuan yang diberikan ALLAH kepada para rasul (Kis 2:4 )

6. Penyembuhan Ilahi ( penyembuhan rohani )

Penyembuhan Ilahi merupakan salah satu karunia Roh Kudus yang pada prinsipnya diberikan kepada semua orang percaya tapi pada prakteknya hanya diperoleh orang-orang tertentu. Penyembuhan Ilahi adalah bagian atau kelanjutan dari penyucian: tubuh dibersihkan dari segala penyakit.

Penyembuhan Ilahi dipandang lebih unggul daripada ilmu kedokteran dan obat-obatan modern. Seseorang yang belum mendapatkan kesembuhan Ilhai dianggap sebagai orang yang kurang beriman.

7. Akhir Zaman: Kerajaan Seribu Tahun

Kaum Pentakostal pada umumnya yakin bahwa sesuai dengan Alkitab, YESUS KRISTUS akan datang kembali dalam tubuh yang kelihatan dan memerintah dalam kerajaan seribu tahun di dunia ini, sambil memulihkan dan menyelamatkan bangsa Israel. Pemulihan Israel ini pada umumnya dihubungkan dengan berdirinya kembali negara Israel di tanah perjanjian yang berpusat di Yerusalem. Setelah kerajaan 1000 tahun barulah turun langit baru dan bumi baru di mana kebenaran akan tinggal menetap. Orang-orang yang telah diselamatkan yaitu yang sudah bertobat beroleh kasih karunia pembenaran dan hidup dalam kesucian akan menikmati hidup kekal, sedangkan orang fasik dan tetap berdosa, namanya tidak tercatat dalam kitab kehidupan dan akan menerima penghukuman kekal.

8. Gereja

Gereja diyakini sebagai tubuh KRISTUS, tempat ALLAH berdiam melalui Roh-Nya, dengan serangkaian ketetapan Ilahi dalam rangka memenuhi amanat Agung-Nya. Setiap orang percaya yang lahir oleh ROH adalah bagian integral dari gereja yang merupakan anak sulung dari mereka yang diselamatkan, yang namanya telah tertulis di Sorga. Kaum Pentakostal pada umumnya mengidentikkan dirinya dengan gereja Perjanjian Baru yang tugasnya di jaman modern ini memulihkan Gereja Perjanjian Baru. Segala yang berlaku di dalam gereja perdana, berlaku pula di gereja-gereja Pentakostal, termasuk jenis jabatan dan pola pemerintahan ( organisasi ) gereja.

9. Ibadah dan Upacara Gerejawi

Dalam ibadah gereja-gereja Pentakostal tidak diperlukan tata ibadah yang rinci dan baku dan juga sebelumnya tidak perlu ditetapkan nas dan tema kotbah karena dianggap menghambat pekerjaan Roh Kudus. Sebagian besar ibadah berlangsung secara spontan. Di dalam ibadah itu terbuka kesempatan luas bagi ungkapan emosi yang dalam, ekstase, luapan semangat, kesaksian, penglihatan dll. Sekalipun tak ada tata ibadah yang baku, namun ada semacam pola dan unsur-unsur umum yaitu doa pembuka, nyanyian jemaat, doa lanjutan, nyanyian khusus, khotbah dan pelayanan altar ( altar service; altar calling ). Pelayanan altar memberi kesempatan bagi umat untuk mengungkapkan pertobatan ataupun kesediaan dipanggil menjadi pelayan atau pun menerima baptisan Roh.


Demikianlah perkenalan kita dengan gereja-gereja Pentakostal, semoga semakin memperkaya pengenalan kita pada keanekaragaman tubuh KRISTUS. Sampai bertemu dalam perkenalan dengan gereja lain. Nantikan “Ambil dan Bacalah” edisi mendatang.



-----------------------------------

Sumber:

1. Aritonang, J.S, Berbagai aliran di dalam dan di Sekitar Gereja, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1995.

2. Lembaga Pembinaan dan Pengaderan Sinode GKJ dan GKI Jateng, Mengenal Pluralitas Kekristenan, 1998.

3. www.suplemengki.com

No comments:

Post a Comment

God Bless Us

Welcome to Papua (again)

Akhirnya tiba juga saya di tanah Papua kembali, setelah tahun kemarin saya tidak berkunjung dikarenakan hamil. Saat ini saya tidak tingg...