Thursday, June 8, 2017

Hai anakku

Tuhan memberikan jawaban atas doa yang kita berdua selalu panjatkan, yaitu kedatangan berita bahagia tentang kehamilanku. Penantian 1,5 tahun Tuhan telah memberikan apa yang telah kita berdua nantikan dengan berbagai cara yang dokter sarankan kami lakukan dan tak pernah kita lupa mengucapkan syukur untuk kebaikan Tuhan kepada kita atas berkat atau hadiah yang tak terkira ini. Bukan hanya kita berdua saja yang bahagia, semua keluarga besar kita berdua bersorak penuh kebahagiaan. Bahkan keponakan kami yang baru berusia 6 tahun sangat antusias untuk menunggu adik sepupunya lahir. Dia sudah membayangkan adiknya nanti laki-laki, biar bisa diajak main lego (mainan favorit dia). Kebahagian yang menggema dari Jawa hingga Papua, karena saya berada di Jawa dan suami saya bekerja di Papua. Dia (suami saya) tak jauh berbeda bahagianya daripada saya. Karena kehamilan ini ada harapan kami yang sudah lama sekali kami nantikan berdua.
Kehamilan saya dideteksi dokter disaat usia kandungan 5 minggu 5 hari. Di ruang dokter saya hanya bisa terdiam dan terpaku ketika dokter bilang "bener loh mbak sampeyan hamil, selamat ya". Karena sebelumnya saya sudah kirim hasil tespack saya ke dokter kandungan saya. Keluar ruang dokter, dokter pesen saya istirahat penuh dan jangan capek-capek. Saya hanya bisa bilang iya dengan kondisi masih belum percaya kalau saya hamil.
2 minggu selanjutnya kehamilan saya berjalan normal tanpa ada gangguan hingga suatu hari saya mengalami flek. Tepat saat itu hari libur nasional sehingga tidak ada dokter kandungan yang praktek, susah payah saya mencari dokter kandungan yang praktek dari satu rumah sakit ke rumah sakit lainnya. Kemudian saya kirim pesan WA ke dokter saya mengenai permasalahan saya, dokter menyarankan untuk istirahat dan rebahan dulu, dan Kamis bertemu di RS.
Kamis tiba, tapi ternyata dokter saya tidak praktek. Solusi saya mencari RSIA yang ada dokter kandungan praktek hari itu juga. Dimana disaat saya mengalami hal ini suami saya belum bisa pulang ke Jawa, untungnya ada kakak saya dan suaminya yang mengantarkan saya ke dokter. Dokter mengatakan saya kurang minum sehingga dinding kandung kemih saya kayak luhur dan itu bukan flek karena gangguan dari janin saya. saya bernafas lega. Dokter menyarankan 1 minggu kalau masih flek harus kontrol kalau enggak 2 minggu lagi saja kontrolnya.
Puji Tuhan 1 minggu lewat flek sudah hilang dan saya kontrol di minggu kedua dengan usia kehamilan 8 minggu 3 hari. Dan hasil kontrol itu menohok sekali. Dokter mengatakan janin saya tidak ada detak jantungnya. serasa ditimpa tangga yang berat, sesak sekali dada saya untuk bernafas normal. Saya pulang dengan perasaan kalut mengingat ucapan dokter harus secepatnya dilaksanakan tindak kuret supaya janin yang tidak berkembang itu tidak membusuk di dalam.
Oh Tuhan apa ini? Kenapa harus ada kejadian seperti ini? Kenapa harus saya? pertanyaan itu yang ada dipikiran saya. Ingin menginfokan ke suami tapi susah sekali hanya bisa menangis dan terpukul saja saat itu. Karena saya takut kalau berita ini terdengar, suami saya di tempat kerja bisa tidak fokus kerja dan saya tidak mau hal buruk terjadi dengan dia.
Malam itu saya cuma di kamar dan berdoa ke Tuhan atau lebih tepatnya komplain ke Tuhan. Kenapa harus say Tuhan???? Kurang setia seperti apa saya dan suami kepada-Mu Tuhan? Engkau mengajarkan kami berdua untuk selalu mengasihi sesama, sudah kami lakukan. Engkau mengajarkan untuk saling berbagi, sudah kami lakukan. Bahkan untuk beribadah kami tidak pernah bolong Tuhan. Haruskah ini saya lewati Tuhan. Akhirnya berita buruk ini didengar suami saya dengan mendengarkan suara saya yang sudah timbul tenggelam.
Lusa suami saya datang dan tindakan itu dilaksanakan. Pergumulan besar saya mau melakukan tindakan itu. Saya kekeh untuk mempertahankan janin saya karena saya yakin janin saya sehat, dokter salah diagnosa. Tapi karena desakan suami dan mama yang meluluhkan saya. Mereka berdua bilang "Tuhan besok ganti lagi dengan anak yang baru, tapi kamu nggak bisa diganti Tuhan lagi untuk mama dan suamimu". Oh Tuhan haruskah saya melakukan itu? Kemarin sebelum meninggalkan rumah sakit, dokter memberikan obat peluruh kandungan. Saya minum obat itu dan dalam hati bilang ke janin saya "maafkan mommy ya nak, mommy juga nggak mau seperti ini". Reaksi obat begitu cepat dan bukan main sakitnya. Saat da**h gumpalan keluar dari vag**a saya, saya hanya bisa berteriak karena sebelumnya dokter sudah bilang janinnya akan keluar sendiri berupa gumpalan.
Di ruangan untuk persiapan kuret saya cuma bisa berdoa kepada Tuhan, kalaupun saat ini Tuhan belum ijinkan saya untuk hamil dan melahirkan serta membesarkan anak saya, saya percaya Tuhan akan memberikan yang lebih baik setelah itu. Dan suami saya selalu menguatkan saya sebelum dan sesudah kuret itu berlangsung. Dia dan mama saya adalah dua orang yang selalu membuat saya kuat dan lebih kuat menjalani hidup ini pasca kuret. Saat itu bukan hanya saya yang terpuruk tapi semua keluarga saya juga terpuruk. Bahkan keponakan saya juga sakit hari itu juga.

Tuhan mungkin kemarin bukan berkat kita berdua tapi kita berdua yakin dan percaya Tuhan sudah siapkan berkat yang lebih baik untuk kita berdua. Kupercaya janji ya Tuhan.

No comments:

Post a Comment

God Bless Us

Welcome to Papua (again)

Akhirnya tiba juga saya di tanah Papua kembali, setelah tahun kemarin saya tidak berkunjung dikarenakan hamil. Saat ini saya tidak tingg...